Sleeping Pills Tragedy – Part 1

walkie-talkie.

?Sudah Jon? Kamu betulin kabel apa ngintip?? seru Wandi di radio disambut gelak tawa teman-temannya.

Jono cuma tersenyum. Peluh membasahi sekujur tubuhnya karena ruangan yang sempit dan panas. Dimatikannya volume radio agar ia bisa lebih konsentrasi dengan kabel-kabelnya.

Dari kamar sebelah, ia mendengar pintu dibuka. Suara ketukan langkah sepatu berhak tinggi mengiringinya. Jono tercenung sejenak, mengingat apa yang barusan dikatakan Wandi. Seorang wanita. Siapa tahu ia cantik, pikirnya. Rasa penasarannya timbul.

Dengan sangat perlahan, ia menggeser tubuhnya, mencoba mendekat ke kamar sebelah. Ketika sampai di batas kamar, ia menempelkan telinganya ke asbes. Jono berusaha mengetahui dimana posisi wanita itu.

Sejurus kemudian, terdengar pancuran air di kamar mandi. Merasa aman, dengan cermat dan hati-hati ia berusaha membuat lubang dengan obengnya.

Hari ini Vanya pulang lebih cepat dari biasanya. Kepalanya terasa pusing, dan tengkuknya seperti memikul batu. Ia minta izin pada Pak Ridwan untuk kembali lebih awal.

Ia berniat mandi air panas sebelum beristirahat. Air pancuran sudah mengalir deras, namun ia masih di depan cermin, berusaha melepas kaitan bra-nya. Tengkuknya yang sakit membuatnya kesulitan. Setiap tangannya berusaha menggapai kaitan, rasa sakit terasa di pundaknya.

Tak sabar, ia mengambil sebilah silet dan memutus tali depan bra-nya. Masa bodoh, pikirnya. Ia melemparkannya penutup payudaranya itu ke tong sampah.

Menghela nafas, ia memperhatikan dirinya di cermin. Wajah cantiknya begitu kuyu, dengan lingkaran hitam di sekitar mata, akibat kurang tidur. Pertengkarannya dengan Donny membuatnya harus mengakhiri kisah kasih mereka. Sejak itu, Vanny mulai sulit tidur.

Bagian atas tubuhnya terbuka. Kulit tubuhnya yang kuning langsat terlihat pucat. Payudaranya masih kencang, cukup besar dengan puting kecil kemerahan. Perutnya rata, pinggangnya langsing. Vanny tak habis pikir kenapa Donny lebih memilih wanita lain.

Vanny lalu melepas rok span seragam kerjanya. Kini, dengan hanya stoking dan celana dalam, tangannya berkacak pinggang. Ia memutar tubuhnya, berusaha memperhatikan bokongnya yang sekal.

Bagus kok, gumamnya. Ia yakin, perselingkuhan Donny disebabkan penolakannya setiap lelaki itu mengajak bersetubuh. Mampus aja, teriaknya dalam hati. Ia yakin, hanya lelaki yang pantas yang akan mendapatkan tubuhnya. Yang jelas, lelaki itu bukan Donny.

Duduk di pinggiran ranjang, Vanny melepas stoking dan celana dalamnya. Ia melangkah ke kamar mandi.

Melihat pemandangan ini, Jono tercengang. Kontolnya mengeras seperti kayu. Sekian lama bekerja di apartemen ini, Jono tak pernah tahu ada penghuni cantik dan seksi seperti Vanya.

Wajahnya yang rupawan, payudaranya yang besar dan kencang, bokongnya yang kenyal berisi; Vanya adalah gambaran selebriti yang dilihatnya di televisi. Gairahnya mulai menggelegak. Ia mulai memutar otak untuk memenuhi hasratnya.

Tapi segala jurus yang dipikirkannya selalu berbuntut hukum. Hal ini membuatnya frustasi. Andai saja istrinya berada di Jakarta, ia akan pulang saat ini juga dan menyetubuhinya.

Namun suara dering ponsel Vanya membuyarkan lamunannya.

Vanya tergopoh-gopoh keluar dari kamar mandi.

?Ya halo,? ujarnya sambil memperbaiki ikatan handuknya.

?Oh, dokter. Gimana, dok? Saya sudah ambil resepnya tadi di apotik,? ia duduk di tepian ranjang.

Dokter perusahaan meneleponnya untuk memberitahukan dosis dan segala hal terkait obat yang diresepkannya. Menurutnya, rasa sakit yang dialami Vanny sangat sering dialami pegawai lain.

?Oh begitu,? ia bangkit dan menyalakan speaker ponselnya.

?Jadi obat ini semacam obat tidur, namun lebih kuat. Kamu akan tertidur sekitar 10-12 jam. Biasanya itu cukup untuk memulihkan kondisi,? ujar sang dokter dari seberang.

Jono memperhatikan percakapan mereka dengan seksama. Ia mencium adanya kesempatan. Gairahnya sudah memuncak di ubun-ubun. Jika gadis ini memang akan minum obat tidur, ia akan berencana masuk ke kamarnya sepulang jam kerjanya nanti.

?Oke dok, makasih ya,? ujar Vanny mengakhiri telepon.

Ia meraih tas kerjanya dan mengeluarkan beberapa strip obat. Ia memandangi pil-pil itu. Ia tak pernah minum obat tidur sebelumnya, namun pil itu mampu membuatnya tertidur, kelihatannya lebih baik.

Kembali berdiri di depan cermin, Vanny melepas handuk dan melilitkannya di kepala. Ie mangambil bangku kecil di meja rias itu, dan meraih lotion pelembab kulitnya.

Jono tak berkedip menikmati pemandangan ini. Walaupun dulunya kembang desa, istrinya tak secantik dan tak seseksi gadis ini. Ia bisa merasakan cairan sudah mulai mengalir dari ujung kontolnya. Nafasnya semakin memburu, namun ia berusaha keras supaya tidak berisik.

Perlahan Vanny mengoleskan lotion itu ke seluruh tubuhnya. Posisi duduknya membuat selangkangannya terbuka lebar. Memek yang kemerahan, dan jembut tipis yang dicukur rapi dengan ujung kelentit yang menyembul keluar.

Jono hampir saja berejakulasi membayangkan kenikmatan menyetubuhi gadis ini. Serasa ia ingin menghancurkan asbes itu, lalu terjun ke bawah dan menggumulinya. Namun akal sehat masih menahannya, ia ingin memastikan gadis ini meminum obat tidurnya.

Kepalanya yang terasa semakin berat membuat Vanny malas membuka lemari dan mengenakan baju. Segera setelah ia meminum obat itu, Vanny melompat ke ranjang, dan menarik selimut menutupi tubuh polosnya. Kedua matanya terpejam. Ia ingin segera tertidur.

Jono memperhatikan dengan seksama. Tak lama kemudian, gadis itu telah tertidur. Dengkuran halus terdengar dari bibirnya. Wajah cantiknya tampak begitu lelah. Namun tak menyurutkan nafsu Jono yang telah menggebu.

Segera ia berusaha keluar dari asbes. Ia harus mendapatkan kunci duplikat kamar gadis itu, jika ingin masuk. Dan tak ada jalan lain, ia harus mencurinya dari ruang kantor supervisornya.

Tak butuh waktu lama bagi Jono untuk bisa mendapatkan kunci itu. Dengan sabar, ia menunggu waktu pulang sembari berkumpul dengan Wandi dan teman-temannya.

Pukul 5, untuk menghilangkan jejak, ia pun turut bersiap pulang dan turun ke basement bersama Wandi untuk mengambil motor. Sejurus kemudian, Wandi langsung menghidupkan motor dan bergegas pulang. Motor Jono juga hidup, namun ia mematikannya kembali. Ia kembali masuk menuju ke kamar Vanny.

Di depan kamar gadis itu, Jono berpikir keras. Ia menyadari resiko yang diambilnya dengan memasuki kamar gadis itu. Namun, mengingat Vanny telah terlelap oleh obat tidurnya, membuat keberaniannya timbul kembali. Lagipula, ia tak berencana untuk memperkosa gadis itu. Hal itu sama seperti membunuh keluarganya di kampung. Ia hanya ingin menikmati kemolekan tubuh gadis itu sekali lagi, tapi lebih dekat.

Perlahan Jono masuk dan menutup pintu. Kamar itu sedikit gelap, karena hari sudah mulai senja, dan semua lampu mati. Ia berjingkat-jingkat di lorong masuk, mencoba memastikan apakah si gadis masih terlelap.

?Neng..? ujarnya perlahan. Dengkuran halus masih terdengar.

Ia mencoba lagi, kali ini lebih keras. Tak ada reaksi. Ia mendengus lega.

Perlahan, ia mendekat ke ranjang. Aroma wangi tubuh gadis itu membuatnya merinding. Nafsunya terus membara, namun kontolnya tak setegang tadi. Dengan tangan kanannya, ia mencoba menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu.

Ia menariknya perlahan, lalu berhenti. Tangan gadis itu ternyata mendekap selimut, Jono tak berani menarik lebih kuat lagi. Namun, ia mendapat ide lain.

Ia mengangkat ujung bawah selimut itu dan mencoba menyingkap dari bawah. Ia menyingkap selimut itu sampai sebatas pinggang. Posisi tidur Vanny yang miring membelakanginya membuatnya menelan ludah.

Kali ini, semuanya nyata dan dekat. Ia meletakkan tas punggung berisi peralatan kerjanya di lantai. Perlahan ia menunduk, mendekat ke kaki gadis itu. Matanya jelalatan seolah ia ingin menelan telapak kaki, betis, paha dan bongkahan pantat montok di hadapannya. Ia mencoba mengingat senti demi senti apa yang dilihatnya.

Tak lama, kontolnya kembali mengeras. Sekujur kaki gadis ini ditumbuhi bulu halus, membuat gairahnya meledak-ledak. Perlahan, ia membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang kontolnya.

Dengan mata tak berkedip dari tubuh telanjang gadis itu, ia mulai mengocok kontolnya perlahan. Jantungnya berdebar. Nafasnya mulai terengah. Kakinya mulai mengejang.

Tanpa sengaja, gerakan kakinya menyenggol tasnya, dan membuat isinya berhamburan.

Gubraakkk!

Jantungnya serasa berhenti.

Jono terdiam terpaku selama beberapa saat. Ia tak mampu memikirkan apa-apa. Yang jelas, kalau Vanny bangun, maka tamatlah riwayatnya. Tangannya masih menggenggam kontolnya. Matanya tertuju pada wajah sang gadis.

Tak ada reaksi. Jono terheran. Suara berisik yang ditimbulkan obeng dan kunci-kunci pasnya ternyata tak mampu membangunkan gadis ini. Ia mencoba menyenggol tasnya sekali lagi.Suara gemerincing besi-besi peralatan kembali terdengar.

Dengkuran halus itu masih terdengar. Nafas gadis itu masih teratur.

Sekelebat timbul imajinasi gila di kepalanya. Gairahnya yang sudah memuncak membuatnya lebih berani dari sebelumnya. Perlahan, ia meletakkan kedua tangannya di paha gadis itu. Lalu ia diam sesaat, menanti reaksi. Masih sama.

Jono semakin berani. Tangannya menggerayang bebas di paha dan bokong mulus gadis itu. Obat ini sungguh hebat, gumamnya. Vanny sama sekali tak bergeming, seperti pingsan. Jemari Jono mulai meremas perlahan bokong sekal gadis itu.

Begitu lelapnya Vanny mulai membuat Jono hilang kendali. Bibirnya mulai menjelajah dan menjilati seluruh bagian pinggang gadis itu. Tangannya mulai kasar. Jemarinya mulai mencoba meraih ujung kelentit gadis itu dari sela pantatnya. Penisnya mulai berdenyut tak karuan.

Ia mencengkeram pinggang gadis itu, dengan kuat namun perlahan menggeser tubuh miring Vanny hingga bokongnya berada di tepian ranjang. Ia semakin tak peduli. Posisi ini membuatnya lebih bebas menikmati memek gadis itu.

Gerakan demi gerakan kasarnya tak juga membuat Vanny tersadar dari tidurnya. Lidah Jono ganas menjilat dan menghisap ujung kelentit Vanny. Ia membenamkan wajahnya di sela-sela bokong gadis itu. Air liurnya membasahi bibir memek dan selangkangan Vanny.

Jono telah sampai pada puncak gairahnya. Ia tak tahan lagi. Gadis ini adalah gadis tercantik, terseksi yang pernah dijamahnya. Ia merasa yakin Vanny takkan terbangun, apapun yang dilakukannya.

Ia berdiri dan mengarahkan batang kontolnya ke memek gadis itu. Kamar yang semakin gelap membuatnya kesulitan, terlebih posisi Vanny yang miring namun sedikit membungkuk.

Ketika ujung kontolnya meraih bibir memek gadis itu, Jono merasakan kehangatan yang luar biasa. Perlahan, ia mendorong pinggangnya, mencoba menyetubuhi gadis itu.

Sedikit demi sedikit, ujung kontolnya memasuki liang memek Vanny. Sambil lalu, ia memperhatikan wajah cantik gadis itu. Masih tak berubah. Jono menekan sedikit lebih keras lagi. Memek gadis itu terasa sangat sempit. Namun Jono tak menyangka, ternyata memek gadis itu telah basah oleh cairannya sendiri.

Sempitnya memek itu membuat Jono kelimpungan. Baru kepala kontolnya yang masuk, namun ia merasa tak tahan lagi. Batang kontolnya berdenyut-denyut. Pinggangnya mengejang.

Kedua tangannya meraih pinggang gadis itu, dan mendorong kontolnya masuk sekuat tenaga. Jono memekik tertahan.

Semburan pejunya deras mengisi liang memek Vanny. Kedua mata Jono terpejam, mulutnya menganga menahan nikmat. Kontolnya kini telah amblas, masuk ke dalam memek sempit gadis itu. Pikirannya kosong, ia tak peduli lagi jikalau Vanny terbangun karena ulahnya.

Mengatur nafas, ia melirik wajah gadis itu. Masih terpejam, namun dengkuran halusnya semakin samar. Jono terdiam mencoba menyelidiki apakah gadis itu telah terbangun. Namun tubuh gadis itu masih tak bergeming.

Ia tak melepaskan cengkeraman tangannya pada pinggang gadis itu. Kontolnya masih mengeras, meski liang vagina gadis itu kini telah banjir oleh pejunya. Tanpa ragu, ia bergerak maju dan mundur, mendorong penisnya keluar-masuk memek gadis itu.

Tubuh Vanny bergoyang pelan karena genjotan Jono. Bibirnya mulai terbuka, menggumamkan kalimat-kalimat lirih yang tidak jelas. Kedua jemarinya tampak mengeratkan pegangannya pada ujung selimut itu.

Jono tidak peduli lagi, ia mengayunkan pinggangnya lebih keras. Memek Vanny terasa begitu sempit, ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menahan diri. Suara becek terdengar jelas dalam ruangan hening itu. Hanya lenguhan Jono dan gumam lirih Vanny terdengar sesekali.

Tak butuh waktu lama bagi Jono untuk kembali ejakulasi. Vagina Vanny begitu banjir dengan cairan pejunya, hingga sebagian darinya mengalir di sela pahanya. Keringat Jono mengalir menetes di bokong gadis itu. Sudah terlalu lama Jono tak merasakan kenikmatan semacam ini. Sejak melahirkan anak kedua, memek istrinya memang tak lagi legit.

Jono menarik kontolnya yang telah kembali lemas, kemudian merapikan dirinya secepat mungkin. Ia mengembalikan posisi selimut yang disingkapnya. Perlahan ia merapikan alat-alat kerjanya yang berderai di lantai. Ia harus memastikan dirinya tak meninggalkan jejak.

Ia memperhatikan sekeliling ruangan itu. Matanya mencari strip obat yang diminum gadis ini. Obat ini akan sangat berguna baginya. Bayangan Fitri, putri belia pemilik kos tempat tinggalnya menggelayut di kepalanya. Tak lama, ia menemukan beberapa strip obat yang diminum Vanny di meja rias.

Sebelum beranjak, ia memandangi gadis itu. Jono merasa sedikit bersalah, namun pikiran mesumnya sungguh gembira dengan rejeki nomplok yang didapatnya hari ini. Ia melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan 7.30 malam. Ia harus segera pergi.

Keesokan harinya, Vanny terbangun dengan badan yang letih. Kepalanya masih pusing. Ia merasakan sesuatu lengket di selangkangannya. Perlahan ia menyingkap selimutnya.

Jantungnya serasa berhenti mendapati cairan putih bercampur darah di sekujur kemaluannya. Rasa perih tiba-tiba timbul. Seisi kamar serasa berputar mengelilinginya. Ia jatuh pingsan.

She?s fucked up!

Pencarian terkait:

bokep mia khalifah sleeping, kelentit basi, javmomsleeping, poto ngentot di sodok dua kontol, foto bokep perselingkuhan, ngentot memek besar janda, bugil wife stw kendor, Sleeping Pills Tragedy – Part 2 janda janda super, Bokep ibu rumah tangga selingkuh jln cerit, www simontok colmek com

Mungkin anda suka:

TOBRUT Menggoncang Duniaku



Buku Harian Tono



Relationship Need Variation



Lovely DITA



Nikmatin Kakak Nya Temen Nih


Uncategorized