Cerita Jeng Rahmi #5: Lanjutan Kisah Bimo (Dari Sisi Jeng Rahmi)

Saya tidak bisa percaya bagaimana aku bisa bergairah melihat anak tetanggaku. Saking bergairahnya, kerapkali aku tidak sadar merabai puting nenenku dan meremasnya di balik T-shirt, ketika menatap mobil yang dia tumpangi masuk ke halaman rumah atau melihat dia berlari kecil menemani anjing peliharaannya.
Meski demikian. Aku tidak pernah bertindak semata-mata mengikuti gairah nafsu. Keluarga Abdi, tetanggaku itu begitu baik kepadaku sejak kepindahanku 5 tahun yang lalu setelah perceraianku. Tidak bisa aku membayangkan bagaimana reaksi mereka jika tahu aku bergairah kepada anak mereka.

Ya ampun!, aku terhenyak dari lamunanku hari itu. Anak itu tidak lebih dari 23 tahun umurnya. Dia masih di perguruan tinggi. Saat ini, menurut mamanya, dia pulang untuk menggarap skripsinya, karena lokasi penelitiannya dekat dengan rumah. Bimo namanya … pemuda semata wayang keluarga Abdi.

Hari itu, aku sedang menyapu halaman, di tengah kegiatanku menanam beberapa tumbuhan di halaman. Sedikit melamun, ketika aku mendengar suara berat seorang laki-laki.

“Hi Tante Ami, sedang berkebun’?”

“Bimo … oh Hi.” Aku sedikit tergagap karena terkejut. Mudah-mudahan dia tidak bisa membaca paras mukaku yang memerah karena sedang berangan-angan tentang dia. “Senang melihatmu?.Bagaimana dengan kampus?. Tante lihat kamu sering berada di rumah ketimbang di kampus”
“mmmm?kampus oke tante?tetapi di rumah lebih oke,” jawabnya sambil mengerdikkan mata genit. “Bimo selalu rindu rumah. Juga rindu melihat tante?hehehehehe. ” katanya nakal.

“ahhh kamu bisa aja Bim? mau bantu Tante?” kataku sedikit melancarkan jebakan. Kaget juga aku melihat keberaniannya menggoda perempuan seumuranku. “Jangan menatap tante seperti itu ah?.nanti bahaya lho,” kataku sambil tertawa.
?eh?eh?nggak koq?? katanya tersipu ketahuan.
Aku menuju halaman samping yang bersebelahan dengan halaman rumah dia. Saat berjalan aku sengaja menggoyangkan pinggulku sedikit lebay biar berkesan seksi. “Aku harus bersenang-senang dengan dia, pikirku.”
?eh Bim, kamu punya cetok kecil dan garpu kecil nggak. Punya tante kebesaran buat polybag ini,? kataku.
?ada tante, di garasi tuh. Bimo ambilkan,? katanya. ?Masuk dulu Tan, gak enak di depan pintu gini,? katanya. Kamipun masuk ke rumahnya.
?Sepi Bim,. Mama ke mana?? tanyaku.
?Mama ke Salatiga, ke tempat Oma, beliau sedikit kurang enak badan. Pulang baru lusa,? katanya sambil mencari cari di rak sebelah garasi. ?nah ini dia,? katanya. ?Tante boleh pinjam apapun yang Bimo punya,? katanya dengan senyum genitnya.
?mmm, apapun ya…mmm kalo pinjem Bimo boleh nggak…hahahahaha,? kataku memancing sambil menyambut uluran cetok dan garpu tanahnya.
?ya kalo Tante mau sih…,? dia membalas umpanku. ?Mau Bimo buatkan sirup, atau tante mau buat sendiri, gak enak ngobrol sambil berdiri begini? tawarannya. Aku bisa melihat dari sudut mataku ada yang menonjol di bagian depan celananya. Rupanya dia sudah konak melihat busana yang aku gunakan saat ini.
?Oke, tante buat sendiri dech, biar akrab bukan, hehehee,? kataku. Aku berjalan ke wastafel dan mulai mencuci tangannya. Aku sengaja memosisikan tubuh sedemikian rupa mempertontonkan pantat bulatku, dan payudara yang dibungkus bra sport dan kemeja ketat.
Kami terus ngobrol sambil aku mencuci tangan. Aku bercerita tentang anakku Fira yang segera berangkat ke Amsterdam ke tempat mantan suamiku dan pekerjaanku sebagai penulis. Aku juga bercerita tentang bapak-bapak tukang bangunan yang melakukan beberapa pekerjaan di sekitar rumahku; bagaimana orang-orang itu sedikit kasar, bahkan sering memaki ?ngentot” ketika berbicara dengan kawannya.
Saat aku bercerita aku bisa merasakan dia beringsut mendekatiku dari belakang. Dia mulai menyentuh sekitar bahuku dan berbisik di telingaku.
“Apakah Tante ingin aku untuk menggunakan kata itu?”katanya sedikit berbisik di belakang telingaku. Aku sadar, dia sudah tidak mampu menahan konaknya, aku pun yang sudah lama tidak disentuh laki-laki bereaksi secara alami.
?aaa..aappaa ini Bim,? kataku berpura-pura melawan namun sama sekali tidak beranjak posisiku, badanku sedikit gemetar karena hembusan napasnya di kudukku.
?tante, tante tahu nggak kalo dari tadi busana tante mengganggu kelaki-lakian Bimo,? dia membuka bagian atas kemejaku, dan tangan kirinya meluncur ke depan menemukan kancing-kancing kemeja dan membuka satu persatu. Aku bergoyang sedikit, mendorong pantatku ke arah tonjolan di celananya dan sedikit mendesis saat dia terus menggosok bahuku.
Tangannya terus bergerak, perlahan-lahan dan dengan sedikit tekanan di bahu dan ke bawah garis leherku. Pada titik ini aku memberi tekanan pada p***snya yang mengeras dengan pantatku. Aku tidak percaya ini terjadi, tapi aku menikmatinya detik demi detik. Tangannya terus meluncurkan turun ke lenganku, sedikit menyentuh tepi payudaranya. Aku menoleh ke belakang. Tangan kirinya sudah berada pada kancing sport-braku yang ada di depan, tak menunggu lama, kancing itu dia buka, payudaraku yang cukup besar ? ukuran 36 C ? segera menggelantung bebas. Aku bisa melihat putingku mengeras.
Singkat kata aku dan dia berciuman dengan ganas. Tangannya menangkup kedua payudaraku yang segera memberikan reaksi alamiahnya. Saat dia menurunkan tangannya untuk bergerak di bawah celana pendekku aku segera berbalik menghadapi dia. Sambil menatap matanya aku berkata, “Kamu yakin tentang hal ini Bim?” aku melanjutkan, ?usia tante kan hampir sepantaran mama kamu, sssshhhh aaaacccchhhhh tanganmu nakal Bim….? kataku campur aduk karena dia sudah memilin putingnya.
“Ohhhh, Tante Ami. .., aku selalu ingin merasakan tetek besar tante di tangan saya,” Bimo berbisik ke leherku, sambil terus membelai payudaraku. “Saya ingin bercinta dengan Tante?.. Tante mau kan?” dia bertanya sambil menekankan selangkangannya ke sela-sela kakiku.
Aku terkejut, tapi senang, “Tidak, Sayang, Tante nggak keberatan koq?ssshhhhhh..” Aku tidak mampu meneruskan kalimatku karena serangnannya di bagian bawah demikian gencar.
“Tutup pintu, dulu sayang dan kerjain Tanteeeehhhhhh.”
Bimo menarik gagang pintu di sebelahku dan menguncinya dari dalam, dan terus segera kembali mencumbui aku.
Aku bisa rasakan jemarinya bermain di mrs.V-ku dan segera tidak lama aku memperoleh O-ku yang pertama. Dia terus ganas mencumbuku. Badanku sampai lemas dan hampir terjatuh saat aku mendaki O-ku yang kedua. Untung dengan badan atletisnya, pemuda 23 tahun itu membopong aku ke meja dapurnya yang lebar. Aku merengek minta agar segera penisnya menerobosi mrs.v-Ku namun nampaknya dia ingin agar aku menuntaskan O demi O-ku. Sampai akhirnya aku mendapat O-ku yang panjang dan seakan tidak terputus-putus.
Dalam lemas akibat terpaan O-ku yang panjang itu aku tersenyum dan berkata, “kita belum selesai Bim” aku mencoba bangkit dari terlentang di meja.
“Aku suka ini,” katanya sambil membungkuk mengisap putingku dan memelintir dengan lidah panas basahnya. Aku mengelinjang.
?giliran tante sayang,? kataku terhuyung turun dari meja, mendorong dia berbalik posisi. Aku menuntun dia. ?duduk di meja sayang, tante mau bales apa yang kamu buat dengan tante,? kataku.
Aku membungkuk di depannya setelah dia duduk, kancing celana jinsnya yang sudah terbuka mengeluarkan penis yang bagiku sangat indah. Hampir 19 cm panjangnya, dan tebal. Ia mencopot kemejanya saat aku mencabut penisnya dari celana… Aku menghela napas panjang saat ia berdiri telanjang di depanku; sungguh badan pemuda yang atletis ? cenderung kurus namun berotot…

Penisnya adalah satu hal yang luar biasa meski setengah ereksi dia cukup keras dan penuh tonjolan urat. Rupanya dia mencukur bulku kemaluannya, bola-nya benar-benar dicukur, dan itu adalah hal terseksi yang pernah saya lihat. Dengan lembut aku raih dengan satu tangan, dan menjulurkan lidahku untuk menyentuhnya dalam sekejap. Menjilati kepala penisnya, ia mengerang lembut. Aku menghisap kepala itu ke dalam mulut dan dengan lembut menurunkan kepalaku menyusuri batangnya sambil lidahku berputar mengelilingi batangnya. Aku gerakkan kepalaku mula-mula lambat kemudian mulai cepat naik turun di penisnya.

Bimo meraih kepala saya dengan satu tangan menekankan ke penisnya, dan mencoba meraih payudaraku dengan tangan lainnya. Vaginaku kembali berdenyut-denyut dan terbakar. Aku menjilat Bimo dari bola-nya, sepanjang kemaluannya, dan mencium kepala penisnya.
?Tan teeehhhh?uuuuuhhhhhh?.terus?.hisssssaaaaa?..aaaacc crrrhhhhh,? segera penisnya berkejat-kejat. Aku tahu, dia hampir ejakulasi. Aku percepat gerakan kepalaku yang ditahan ? setengah dijambak ramburtku ? ke penisnya. Tanganku juga ikut sibuk mengurut dan mengocok penisnya?. 5 menit kemudian?..
?haaaccchhh?.aaaarcccchhhhhh?.? Bimo tak kuasa bersuara. hanya erangan kerasnya menyertai lompatan-lompatan sperma di mulutku. tangannya menekan kepalaku lebih dalam dan membuat aku hampir tersedak oleh semprotan spermanya. ..banyak juga benih anak ini sampai berleleran di sudut mulutku. Aku telan hampir semuanya dan menyeka sisa yang berleleran di sudut mulutku. Berberapa saat kemudian aku berdiri menuju kulkas dan menemukan beberapa kaleng bir di sana. Aku ambil satu dan meminumnya. sisanya aku bawa kembali ke Bimo dan aku buat cuci penisnya. Aku sedikit mengocok waktu mencuci penisnya dengan bir.
?tan the?hhhh?hebat?,? katanya terlentang lemas.
Aku kembali berdiri, dan dengan segera menanggalkan pakaiannya yang tersisa. Dia dengan lemas menjemputku di pinggangku yang telanjang, dan mengubah posisi. ?kita ke kamar Bimo yuk Tan,? katanya sambil menggandengku masuk ke dalam rumah.
Di kamar, Bimo kembali mencumbui aku. Tangan kanannysa meremasi tetekku kiri dan kanan bergantian. Mulutkami masih terkunci dan lidah kami bermain satu sama lain. tangan kirinya bermain di bawah sama seperti tangan kiriku bermain pada penisnya yang layu namun mulai bereaksi. Anak muda itu tak membutuhkan waktu lama untuk kembali siap tempur. Penisnya yang keras dan besar tebal berada di celah mrs.V-ku. Dia menggosok-gosok dan aku bisa merasakan kebasahan yang muncul karenanya.
“Fuck me, Bimo sayang,” kukatakan padanya dengan suara serak.
Lututku menekuk menahan gelid an nikmat, Dia raih pinggulku dan menaikkan satu kakiku ke pinggangnya. Aku pegang kakiku itu tepat di belakang lutut untuk menahannya. Dia memposisikan penisnya yang hangat di pintu masuk mrs.V-ku, dan aku bisa merasakan ia perlahan-lahan tenggelam ke dalam diriku. Bibir mrs.V-ku yang bengkak meregang dan mengurut batang penisnya ketika dia menarik keluar sampai hanya tersisa kepala penisnya.
Kemaluannya berkilau dengan basah oleh cairan mrs.v-ku, ia berhenti sejenak, dan kemudian dengan cepat memasukkan lagi ke lubang kenikmatanku. Aku terkesiap dan mendesis saat ia mulai memompa masuk dan keluar dari dengan cepat.
“Unnnhhh, Bimmmmmhhhhh?eeeennnaaaaaccccccchhhhhh” aku merintih sambil dia terus mem-piston kemaluannya masuk dan keluar dari vaginaku.
Kemilau keringat meliputi tubuh kita berdua. “Oohhh Bim, fuck Tante?fuck me hard, Bimo, ?.ooohhh godnessss..” aku makin mendesis tidak karuan.
Bimo mendengus saat ia pompa. “hhh hhhh hhhh, enak memek tanteeeehhhhh,” dia bagaikan banteng kesetananan memompa saya. Luar biasa stamina anak muda ini. Dia memperlambat sedikit, tapi terus merojok mrs.V-ku dengan konsisten…. Aku hampir tidak kuat menahan ledakan O-ku berikutnya.
Kemudian dia merubah posisi. aku dituntunnya ke tempat tidur dan didudukkannya di pinggir tempat tidur. Dia memposisikan tangannya di kedua sisi saya, menekan sisi tempat tidur setengah berlutut. Ia terus mengocok masuk dan keluar, ia benamkan mulutnya pada tetek kiriku, dan kemudian bergantian dengan yang kanan. Putingku bereaksi mengeras dan membuatku mendesis saat lidahnya memilin mereka bolak-balik.
“Tante suka Tan?” ia bertanya, tanpa menghentikan gerakan humping yang mendorong tongkatnya ke dalam vaginaku.
“Oh hhh hhh hhh, Bimo. Kau tahu, tante sudah terlalu lama tidak bercinta seperti ini sayang.” kataku tersedak sedak oleh kenikmatan.
Dia berhenti memompa dan menarik keluar penisnya dari vaginaku. Aku bisa merasakan basah lengket di gundukanku dan di celah pantatku. Bimo masih keras seperti batu. Dia membantuku berbaring di tempat tidur dan membungkuk saya atas. Dia kembali memompa penisnya keluar-masuk mrs.V-ku. pelan-pelan awalnya sampai akhirnya dengan cepat dia kocokkan. Tangannya membantu menstimulus clitku. Saat ia kocok itu??
“Biimmmm ooooooohhhhhh?.Aaccccchhhh,” Aku hampir berteriak saat aku merasakan orgasmeku berikutnya.
Dia terus membajak saya semakin keras. “Ohhh, oh, Bimmmmm?.aaaarcccchhhh!” Aku benar-benar berteriak dan melayang, gelombang demi gelombang kenikmatan menelan tubuhku, dan tiba-tiba aku merasakan ketegangan penis Bimo berkedut-kedut, dan tak berselang lama air mani panasnya mulai menembak jauh di dalam vaginaku. Dia mengerang keras saat ia menyembur dalam vaginaku.
Kami berdua berbaring, kelelahan, Bimo masih di dalam tubuhku, menindih dan memelukku di atas tubuhku. Aku hanya bisa terlentang pasarah memeluk tubuh mudanya, menunggu pernapasan kami kembali normal. tak berselang lama ia menarik kemaluannya keluar dari mrs.V-ku.dan tergolek lemah di sampingku.
Aku berbaring miring ke arahnya dan berkata, “Kau tahu sayang, ini tadi sungguh luar biasa. Sekarang nggak ada alasan untuk tidak melakukan ini lagi kapan-kapan.” aku membelai penisnya yang terkuali lemah. Perlahan penisnya mulai bereaksi.
“Terima kasih Tante Ami,? ia menyeringai. ?Karena mama tidak akan pulang sampai besok malam.” dia tidak meneruskan kata-katanya tetapi mencium aku dengan panas. sejurus kemudian aku melepaskan ciuman kami dan tertawa …
“Bimo tidak harus kembali ke kampus sampai bulan depan,” kata Bimo sembari turun dari tempat tidurnya berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarnya. Aku membuka sedikit tirai kamar yang tepat berada di samping halaman rumahku. Aku lupa mengunci pintu dapurku. Untung saja pintunya tertutup ? terlihat dari kamar Bimo.
Bimo keluar dari kamar mandi terus berjalan, telanjang bulat.
Bimo mendekati aku yang kembali terlentang di tempat tidur setelah mengecek keadaan rumahku dari jendela kamar. Dia mengusap mrs.V-ku yang basah dengan tissue. Satu tangannya mengurut penisnya yang setengah tegang. dengan lembut dia membersihkan mrs.V-ku dengan tissue. Aku kagum saat penisnya mulai membengkak dengan cepat padahal kami baru saja bercinta.
“Sini sayang, Berbaringlah terlentang,” aku berkata kepadanya.
Aku bisa melihat penisnya semakin keras, dan aku mengangkang kearahnya, condong ke depan, dan memegang penis kaku itu. Aku memposisikan mrs.V-ku ke wajahnya sementara penisnya aku genggam. Aku mulai bekerja atasnya, mengisap lembut pada awalnya, kemudian lebih keras, membelai dia dan menjilati dia seperti permen lolipop. Aku merasakan bagaimana lidahnya menjilati tepi luar bibir mrs.V-ku.
Penisnya merespon dengan kekerasan sebuah batu, sementara lidahnya semakin membuat basah mrs.V-ku. lama kami berposisi 69 seperti itu hingga suatu saat aku tak mampu menahan gelkombang O-ku selanjutnya. ?Bimmmhhhhhhh ooooohhhh??aaaacccchhhhh,? aku mengeram dengan mempercepat kocokan gemasku pada penisnya. Sungguh hebat stamina dan kendali Bimo atas penisnya. Diserang dengan gemas olehku dengan kocokan cepat tidak membuatnya ejakulasi.
Dengan lemas aku segera berbalik dan membimbingnya ke lubang kenikmatanku. Aku menurunkan pinggulku, membuat tongkatnya lenyap dalam lobang surgaku itu. Rasanya seperti dia memenuhi dinding-dindingku, kemaluannya begitu besar.
Aku mulai menaikkan dan menurunkan tubuhku seperti naik kuda, dengan kedua kaki di tepi ranjang, aku dapat mengontrol ritme dan mental dengan mudah. Bimo meletakkan tangan di pinggulku dengan mata tertutup saat aku geser ke atas dan ke bawah poros nya. Kontraksi otot vagina saya di kemaluannya, semakin membuat aku menekan penisnya. Desisnya dengan gigi terkatup saat ia merasakan tekanan dari vagina ketatku. Aku turun dari dia, dan berbalik kembali.
“makan memek tante, Bimo,” Saya menyuruhnya, dan ia dengan cepat melaksanakannya. Lidahnya melahap vagina ku dan terasa hangat pada clitku. Perbuatannya membuat aku menggigil hingga ke jari kaki, terutamama saat ia menjilati dan mengisap itu. Mendekati O-ku yang entah ke berapa, aku berbalik dan membimbing kemaluannya ke vaginaku. Beberapa kali tubuh aku goyangkan ketika penisnya di dalamku dia mulai berkedut-kedut?.
?aaaahhh?aaahhhh?aaahhh? Tante?Bimmooo..keeeelllll?.aaaaaaccchhhh?? tak sanggup dia meneruskan kalimatnya ketika dia mulai menyemburkan air mani panas nya. Beberapa saat penisnya di dalam tubuhku, aku mencabutnya dan menggosokkan ke mrs.v-ku, mengelus clitku sampai aku merasakan orgasmeku lagi?tergecat-gecat aku bergetar. Bimo hanya menonton saat aku menjilati maninya yang berleleran dari jari-jari saya.
Kami berdua duduk setelah istirahat beberapa menit.
“Tante perlu istirahat sekarang Bimo, hhhhh, tante capek sayang?.sudah berulang kali tante O, tapi kamu baru dua kali. Hari ini cukup ya sayang,? kataku sambil membelai dadanya di mana aku tengkurap.
?kamu boleh koq gentian ke tempat tante nanti, dan kita bisa bersenang-senang lagi kali ini di tempat tante.” kataku, sambil bangkit, mengambili bajuku yang berserakan dan masuk ke kamar mandi.

Pencarian terkait:

foto stw mandi, pemburu stw, pinkclip stw, mrs quad semprot, tempat chating janda, jilmek tetangga, kiriman istri bugil di beetalk, ngentot tante penjual, Mau Crot, mrs quad 127.0.0.1

Mungkin anda suka:

No Repost My Private Collection From Silent Reader Enjoy



Mantan Dulu Yang Sekarang Jadi Binor



NO QUOTE A THREAD FUCK WITH MY COUSIN



Foto Lama Daphne No Quote



Antara Herman, Agnes Dan John