Untuk agan agan yang belum baca cerita ane sama Lidya sebelumnya, mungkin bisa cekidot dulu di http://127.0.0.1/showthread….lah-Dapet-Enak biar nyambung. eace:
Benar-benar pengalaman luar biasa, begitu beruntungnya aku. Nanti aku akan berterima kasih pada Andrian, untung saja dia sakit, aku jadi bisa bertemu Lidya.
Ku lihat sekali lagi, betapa cantiknya Lidya, aku jadi teringat bagaimana semalam tubuhnya mengejang saat orgasme yang nikmat menyambar ke seluruh tubuhnya. Kukunya rapat mencengkram bahuku. Dahinya basah oleh keringat, dadanya kembang kempis tersengal mencari udara untuk menenangkan otaknya yang dikendalikan nafsu dan birahi.
Kesempatan itu kembali datang pada diriku, Lidya yang baru saja terbangun menunjukan birahinya. Begitu membuka mata, ia langsung menciumi leher dan bibirku. Lidah kami pun kembali berpautan, saling menerjang untuk menaikan kembali hasrat bercinta seperti semalam. Aku menyukainya, pun Lidya dengan segala kenikmatan yang bisa ia berikan.
Tangannya yang mungil menggenggam penisku dengan gemas, sekelibat ia mengibaskan rambut panjangnya yang hitam dan menundukan kepala. Dilumatnya penisku dengan ganas. Setiap senti kulit yang basah oleh sisa sperma, berubah menjadi basah liur Lidya yang tak ada habisnya. Aku mengerang.
?Hmmm…? Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saat Lidya berusaha menghabiskan seluruh penisku. Ku sibak dan ku genggam rambutnya agar bisa ku lihat bahagianya penisku yang tertanam dalam di mulutnya.
Harus ku akui, diantara banyaknnya wanita yang pernah ku tiduri, Lidya termasuk yang paling hebat dalam dalam urusan yang satu ini. Tanpa harus diminta, ia dengan senang hati menghentakan penisku ke pangkal kerongkongannya. Lidahnya yang halus selalu bergerilya saat penis ini memenuhi mulut kecilnya.
Aku bukan tipe pria dominan yang lebih suka dilayani, sama seperti Lidya, aku sangat menikmati desahan dan hentakan tubuh Lidya saat lidahku berpagutan dengan bibir vaginanya. Erangan lembutnya yang terdengar menggairahkan, selalu membangkitkan hasratku untuk kembali menidurinya, berulang kali.
Aku pun menarik tangan Lidya, ia pun bangkit dan berbaring disampingku. Kali ini aku bisa melihat wajahnya karena cahaya matahari yang masuk melalui celahjendela ku. Senyum tergores di wajahnya yang cantik. Aku mengecup dahinya dan kembali mengambil alih situasi.
Ku tindih tubuh Lidya dengan tangan yang melingkari punggungnya. Ku jilat habis bagian leher jenjangnya yang harum. Ciuman merambah ke bagian dada, payudaraya yang bulat sempurna tak luput dari sapuan lidah dan bibirku.
Gemas, ku gigit-gigit pelan puting kecilnya yang mengeras. Ku hisap habis aerolanya sehingga desahan Lidya pun memekik. Tubuhnya terangkat, seakan ingin aku lumat habis seluruh payudaranya. Vaginanya menyentuh penisku hangat.
Puas dengan payudaranya, ku turunkan ciuman ke bagian perut, menuju pangkal pahanya. Menciumi paha dan area sekitar vaginanya adalah hal yang paling tidak bisa Lidya bendung. Rangsangan hebat menyiksa tubuh dan pikirannya, cairan hangat merembes keluar dari vaginanya sebagai tanda kesiapan untuk ronde berikutnya.
Ku buka kakinnya lebar. Ku perhatikan vagina basah yang merekah dengan indah. Ku sapu dengan lidahku, saat jari telunjuk dan jari manis ku jadikan satu untuk menerobos lubang kenikmatannya.
?ARRRGGGHHH ARIEFFF… GELIIII…? Desah Lidya dengan mendekap kepalaku agar kenikmatan yang ia rasakan bisa semakin dalam.
Malam begitu hening, hanya deru nafas berat kami berdua yang terdengar. Desahan dan erangan kami bagai nyanyian malam yang menandakan nikmat duniawi yang bisa kita raih berdua.
***
Hubungaku dengan Lidya sudah berjalan lebih dari 6 bulan. Lidya memilih untuk menetap bersamaku. Akhirnya, Kami memutuskanuntuktinggaldi kontrakan petak kecil berisi satu kamar yang cukup untuk beristirahat dan menikmati tubuh satu sama lain.
Lidya tetap bekerja di apotek tempat kami pertama bertemu sebagai apoteker, sedangkan aku bekerja di perusahaan logistik yang kantornya tidak terlalu jauh dari sana.
Hari itu, aku sedang tidak bekerja karena badan ku yang kurang sehat. Demam tinggi semalam, membuatku cukup lemas untuk berangkat ke kantor. Sendirian di rumah, waktu ku habiskan hanya dengan menonton TV dan tidur-tiduran. Sudah lebih baik dari sebelumnya memang.
Waktu menunjukan pukul 17:30 dan gerimis tidak berhenti dari jam 4 sore tadi. Jam segini, biasanya waktu Lidya pulang dan sampai rumah. Entah karena hujan ini apa ia tertahan untuk berteduh di jalan, atau tetap melanjutkan perjalanan dan basah kuyup begitu sampai rumah.
Aku berinisiatif memasak makanan untuk makan malam sehingga bisa langsung makan bersama begitu Lidya sampai rumah. Sambil menunggu, aku duduk di sofa kecil di ruang tengah sambil menonton TV. Sesekali ku perhatikan layar ponsel ku menunggu kabar dari Lidya.
Betul saja, tidak sampai 15 menit, Lidya sampai rumah diantarkan seseorang dengan motor. Ku perhatikan dari balik jendela, berusaha mencari tahu siapa yang mengantarkannya karena tidak terlihat seperti tukang ojek.
Setelah bercakap-cakap sejenak dengan orang yang membawa motor, Lidya memersilahkan orang tersebut masuk. Begitu ia membuka helm, barulah aku tahu kalau itu Vina, apoteker yang jugabekerjaditempat yang samadenganLidya.
Lidya pun membuka pintu, dan aku sudah kembali duduk ke sofa sambil menyaksikan TV.
?Eh si ganteng lagi nonton…? Sapa Lidya sambil menghampiri dan mencium pipiku. ?Sini masuk Vin…?
Aku hanya membalas mengecup pipinya.
?Vina tadi anter aku pulang, rumahnya kan searah…? Kata Lidya sambil meminta Vina duduk di sofa sampingku.
?Hai Rief!? Sapa Vina riang.
?Hai Vin!? Balasku singkat.
?Aku mandi dulu ya, Rief…? Ujar Lidya sambil mengambil handuk dan berlalu ke kamar mandi dengan pakaiannya yang cukup basah.
?Bajunya gak basah?? Tanyaku pada Vina.
?Oh, enggak kok. Jaket aku anti air, jadi gak akan basah bajunya..? Jawab Vina santai. ?Gak ikutan Lidya mandi?? Tanya Vina lagi setengah meledek.
?Apa sih…? Hardikku cepat.
?Hahahaha, santai aja kali Rief. Lidya sering cerita kok kalau kalian lebih sering mandi berdua daripada mandi sendiri…? Jawab Vina santai sambil tertawa.
Aku memang sering sekali mandi bersama Lidya karena itu salah satu kegiatan romantis yang paling suka kami lakukan.
?Gak lah, gak enak ada kamu…? Jawabku ketus.
Vina malah tertawa semakin kencang.
?Kalau aku ikut, mandinya bertiga, masih gak enak??
Aku tertegun mendengar perkataan Vina. Hanya tawa kecil yang aku bisa gunakan sebagai respon.
Vina membuka jaket hitamnya yang masih ia gunakan dari tadi. Kemeja blous berwarna biru muda terlihat dengan cetakan tubuhnya yang cukup menggoda. Dadanya membusung besar, pinggangnya yang kecil dan perut yang cukup rata membuatnya terlihat menarik hati. Wajahnya mungkin seperti IGO yang ini (http://127.0.0.1/showthread….post1890947691)
Sempat sesekali terbesit pikiran kotor dengan Vina namun ku buang jauh-jauh, Lidya sudah sangat lebih untukku, tidak akan aku sia-siakan hanya demi nafsu belaka yang sesungguhnya bisa didapatkan dari Lidya.
?Seberapa sering kamu nyutra sama Lidya di sofa ini, Rief?? Vina kembali bertanya, kali ini dengan nada menggoda yang manja. Matanya melirik ku dengan penuh arti.
?Haha istilah apa itu nyutra?? istilah nyutra itu mengalihkan aku dari pertanyaan inti Vina yang harus kujawab.
?iya.. gituan pake kondom, istilah aku dan Lydia sebenernya itu hehe?
?hahaha bisa aja kalian punya istilah gitu, Lydia cerita segitunya ya??
?Iya, sampe kondom merek kesukaan kalian aku juga tau kok? cengirnya nakal
? Duh jadi malu?? becandaku
?Jadi..seberapa sering kamu nyutra sama Lydia disini? Pertanyaanku belum dijawab?
?Hmm, gak ke itung Vin.? Jawab ku santai.
?Sering banget ya?? Balas Vina sambil menghampiriku.
Diluar perkiraan, tangan Vina merambah ke paha ku yanghanyatertutup dengancelana pendek. Aku terbelak dan berusaha untuk sedikit menghindar. Namun Vina tertawa dan malah semakin menggodaku.
?Jangan Vin, gila kali! Aku pacar Lidya!? Ku naikan sedikit nada bicaraku agar terdengar lebih tegas namun tidak menyinggung hatinya.
?Hahaha, iya tau kok…? Ujar Vina lagi, namun tangannya masih juga berusaha untuk merabaku.
Saat aku sedang berusaha memberikan perlawanan dari tindakan Vina, tiba-tiba Lidya datang menghampiri dari kamar mandi, masih mengenakan handuk yang menutupi area dada sampai pahanya.
Aneh, Lidya tidak berkomentar dengan apa yang Vina lakukan terhadapku. Sebaliknya, ia berlalu melewati kami berdua dan menutup pintu.
?Nanti kalau ada tetangga yang liat gak enak tau!? Ketus Lidya sambil menghampiri kami berdua
Aku hanya bisa melongo mendengar perkataan Lidya. Belum hilang rasa bingung ku, Lidya yang berdiri tepat di depan aku pun tanpa berpikir dua kali melepaskan handuknya begitu saja. Tubuh indahnya yang sudah sangat ku kenal terpajang tanpa sehelai benang pun di hadapanku. Wajahnya tampak nakal dan menggoda.
?Vin, duluan deh…? Ujar Lidya pada Vina. Aku tetap diam dengan penuh kebingungan akan apa yang mau mereka lakukan.
Dengan satu gerakan cepat, Vina memasukan tangannya ke dalam celanaku. Penisku yang setengah berdiri karena perlakuan Vina dan pemandangan Lidya di depan mataku pun tak luput dari genggaman tangan Vina yang mungil.
?Ehhh ehh apa apaan nih…? teriak ku.
?Udah sayang, tenang aja. Ini kemauan aku kok, dan aku jamin kamu juga pasti mau…? Bisik Lidya sambil berbungkuk dan mencium bibirku.
Tanpa menunggu lama, aku pun melumat habis bibir tipis Lidya. Lidah kami saling serang, deru nafas kami memberat. Akal sehatku pun hilang, aku mengerti apa yang mereka inginkan, dan tentu saja akan aku berikan.
Dengan tangan yang leluasa, ciuman panasku dengan Lidya semakin panas saat payudaranya yang bulat ku remas dengan gemas. Lidya melenguh hebat. Aku mainkan putingnya yang keras dengan lembut, sesekali ku geser ciuman bibir ku ke arah leher dan dadanya. Tentu lutut Lidya bergetar dan semakin tidak kuat menopang tubuhnya dengan rangsangan seperti itu.
Lidya kemudian berlutut di hadapanku. Dengan lirikan mata pada Vina, ia dan Vina bersama-sama menarik celana pendekku. Kini penisku yang sudah cukup tegang siap untuk dimainkan sepuasnya oleh mereka berdua.
Ke dua wanita yang sedang bersarang di pangkal pahaku tampak terburu nafsu untuk mendapatkan bagian menikmati penisku ini. Vina megocok pelan saat Lidya dengan lembut menjilati dan menghisap bagian kepala penisku.
?Arrrghhhh, sayangggg…? Desisku sambil menarik rambut Lidya dan Vina. Kepala Lidya ku tekan agar penisku bisa semakin terbenam ke dalam mulutnya yang rakus.
Hembusan nafas hangat Lidya dan Vina terasa menyelimuti area sensitif yang tertutupi bulu kemaluanku. Sesaat waktu seperti berhenti sejenak, nikmat tiada tara bisa menyaksikan pergumulan dua wanita cantik yang ingin menikmati penisku.
Hisapan mulut Lidya terasa lebih nikmat kali ini. Tidak ingin kalah sebelum berperang, aku pun menarik kedua kepala mereka dari penisku. Tanganku langsung melancarkan aksi ke arah vagina Lidya, ku usap perlahan dengan tangan kananku saat bibirku dengan buas melumat bibir Vina.
?Ughhh Riefff… Ugghhhhh….? Desisan pelan keluar dari mulut Lidya. Vina dengan cepat membuka pakaiannya. Tubuhnya memang tidak lebih bagus dari Lidya, namun payudaranya ku akui punya ukuran yang lebih besar. Putingnya yang besar sudah menegang.
Wajah Vina bisa ku deskripsikan cukup cantik, dengan hidung mancung dan rambut sebahunya yang hitam, tubuhnya pun terbilang mungil. Sepertinya cocok untuk posisi WOT dengan genjotan pantatnya yang cukup menggairahkan.
Threesome adalah hal yang paling jauh dari yang pernah aku bayangkan. Tidak pernah sekalipun aku berani membayangkan bisa melakukannya dengan Lidya. Dan apa yang sedang kami lakukan bertiga kali ini sungguh membuatku kaget, namun menikmati momen yang mungkin tidak terulang untuk kedua kalinya.
Berbekal dari berbagai adegan film porno yang pernah aku tonton, aku memAriefngkan diriku di sofa dan berniat untuk membiarkan penisku memasuki salah satu vagina mereka saat vagina yang satunya lagi akan habis aku lumat.
?Siapa yang mau duluan?? Tanya ku sambil memainkan penis di depan mereka.
?Vina aja, dia kan belum pernah ngerasain punya kamu yang nikmat ini. Hihihi.? Ujar Lidya.
?Langsung nih?? Tanya Vina yang sudah sangat bersemangat.
?Eh sembarangan.? Kata Lidya sambil menarik tubuh Vina.
?Pake kondom dulu, gue gak tau tuh lobang lo udah dimasukin apa aja, ntar kalo cowok gue kena penyakit, gue yang repot.?
Vina tertawa mendengar alasan Lidya. ?Yaudah, punya gak??
?Nih…? Lidya memberikan beberapa kondom dengan bungkus merah yang biasa kami gunakan.
?Andalan, yes?? senyumnya nakal. Aku dan Lydia hanya tersenyum.
Dengan tidak sabar, Vina membuka dan mengambil kondom tersebut.
?Tipis amat, bocor gak nih??
?Enggak, kalau bocor gue udah punya anak dua sekarang. Hahaha.? Canda Lidya. ?Udah pake aja, enak juga kan kalo tipis, jadi gak berasa.?
Vina mengangguk dan memasangkan kondomku. Dasar wanita, sudah adegan sepanas ini saja masih sempat berdebat dan bercanda soal kondom, gerutuku dalam hati.
Wajah Vina yang sudah dipenuhi nafsu birahi mengantarkannya duduk diatas penisku. Diarahkannya penisku agar tepat memasuki lubang kenikmatannya. Sementara Lidya, aku menariknya dan memintanya duduk diatas wajahku agar lidahku bisa dengan bebas menikmati aroma dan cita rasa vaginanya yang penuh kenikmatan.
?Arrrggggg Ariefffffffff…? Lenguh Vina saat penisku mulai merembes masuk vaginanya yang hangat.
Aku tidak bisa memedulikan Vina lagi, kali ini pandanganku tertutup bibir vagina Lidya yang lembut dan hangat, sementara lidahku terjulur masuk ke dalamnya menikmati cairan cairan kenikmatan Lidya yang meleleh keluar.
?Hhhhh, uhhhhh sayangggggg….? Lidya menggoyangkan pinggulnya maju mundur agar sapuan lidahku di vaginanya semakin luas. Terlihat sekali ia sangat menikmati momen ini.
Untuk beberapa menit berikutnya, suara mereka berdua hilang dan berganti desahan percumbuan mereka. Bibir mereka berdua saling berpagutan, tangan mereka saling meremas payudara satu sama lainnya, tubuh kami bertiga seakan menjadi satu kesatuan nikmat yang tiada habisnya.
?Riefrrr, koontol kamuu nikmat banget Rieffff!? Erang Vina sesekali.
?Aku ugghhh keluar sayanggggg…? Di luar dugaanku, Lidya mengalami orgasmenya yang pertama saat sedang bergumul dengan lidahku. Kontan saja mulutku kini dipenuhi lelehan cairan hangat dari vagina Lidya yang semakin banyak. Tubuh Lidya yang lemas terasa lunglai diatas tubuhku.
?Gantian dong, Vin… Rasanya kurang nih kalau gak pake si dedek…? Pinta Lidya. Vina mengangguk. Kali ini Vina menduduki wajahku dan Lidya menduduki penisku.
?Gila, masih kuat aja…? Batinku melihat kelakuan pacarku.
Meski begitu aku tetap menikmatinya, atau semakin menikmatinya. Penisku memasuki dua vagina secara bergantian tanpa harus meminta, tanpa harus berusaha untuk mendapatkannya. Aku benar-benar seperti sedang bermimpi malam itu.
Dengan posisi yang baru, ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Lidya bisa mengalami orgasmenya yang kedua. Vaginanya yang masih basah dan licin itu menambah kenikmatanku dan kegelian yang merangsang syaraf Lidya untuk mencapai klimaks yang kedua kalinya.
Lidya yang sudah lemaspun mengundurkan diri dengan menarik kursi kecil dan menyandarkan tubuhnya disana.
?Kalian lanjut deh, gak kuat aku…? Keluh Lidya.
Mendengar hal itu, Vina semakin menggebu. Kali ini ia mendapatkan tubuh ku yang bisa 100% fokus pada dirinya. Ia pun menciumi dadaku. Terasa geli, namun sungguh nikmat dan membuatku cukup menggelinjang menikmatinya.
?Sekarang, giliran aku Rief…? Bisik Vina lembut di telingaku.
Dengan cepat, aku mendorong tubuh Vina. Kali ini ia yang berada di posisi bawah, dan aku menindihnya dengan penuh nafsu.
Ku jilati tiap lehernya. Tubuhnya yang ada dibawahku kontan membuat Vina tidak bisa banyak bertindak dan bergerak. Ia hanya bisa pasrah menyerahkan tubuhnya untuk ku nikmati kali ini. Hal liar yang ku lakukan justru membuat Lidya senang. Ia terlihat bersemangat melihatku menyetubuhi teman sekantornya ini.
?Aahhhh Rieffff, Argggghhhh, nikmaatttt Riefffff arrggghh…?
Aku menggenjot vagina Vina tanpa ampun. Penisku mendesak masuk, keluar dengan bersemangat, mengejar kenikmatan yang akan ku capai dalam beberapa menit lagi.
?Lidyaaaa, pacar looo nikmat bangettttt!?
Dalam hatiku tersenyum melihat Vina dan Lidya, mereka berdua tampak begitu senang bisa mengalami momen ini bersamaku.
?Arrggh, Rieffff. Aku mau keluar Riefrrr!? Teriak Vina sambil menarik tubuhku agar semakin merapat ke tubuhnya. Panas tubuh kami berdua membuat keringat semakin berkucur deras.
?Aku juga, Vin. Sabarr, dikit lagi… Arggh…? Desisku sambil terus menggenjot Vina.
?Argh Rief, gak kuat Riefff. Aku keluar Riefffff…? Vina mengalami orgasmenya yang pertama sambil menarik punggungku dengan kukunya yang cukup tajam.
?Aku juga, Vin! Arrrghhhhhh!? beberapa detik kemudian, giliranku yang menyemprotkan sperma di dalam vaginanya. Untung saja kondomku masih terpasang dengan rapih, jika tidak, pasti hamil dia dengan jumlah sperma yang segitu banyaknya.
?Haaahhh, hhhhhh, luar biasa banget kamu, Rief! Belum pernah aku senikmat ini main sama cowok.? Puji Vina sambil mengelus dadaku. Aku hanya tersenyum dengan tawa kecil.
?Udah?? Tanya Lidya, kami lupa bahwa sejak tadi Lidya memerhatikan kami berdua.
?Udah dulu, nanti lagi ya.? Jawab Vina sambil tertawa. Aku hanya ikut tertawa mendengar jawaban Vina.
Seperti yang ku duga, Vina menghabiskan malam di rumah ku. Kami tidur bertiga, dan malam itu semua terasa lebih panjang. Usut punya usut, ternyata memang ini kemauan Lidya untuk memberikan hal baru kepadaku agar aku tidak merasa jenuh dengan dirinya.
Meski begitu, tetap ada perjanjian diantara kami bertiga dimana aku tidak diizinkan untuk berhubungan badan dengan Vina tanpa diketahui oleh Lidya. Aku tidak masalah sama sekali, Lidya sendiri sudah cukup bagiku. Dengan bertambahnya Vina, hanya membuat kehidupan cintaku semakin baik dan membuatku semakin yakin untuk menikahi Lidya.
Gimana gan? Buat yang suka sama cerita ane, ditunggu komeng sama ijo-ijonya supaya ane semangat buat ngupdate lagi. :Beer:
Pencarian terkait:
binor pamer toket, foto tante berak di muka cowok jorok hot, gambar belahan memek dalam simpak, lidia kandau bugil, Naruto pura pura sakit demi ngsnttot dengan tsunade, foto bugil lidya kandau, komik naruto pura pura sakit demi bisa ngetot com, fhoto bugil yeyen vina, foto telanjang lidiya kandau jaman dulu, foto bugil yeyen lidyaLina....Terima Kasih Untuk Cinta Buta-Mu
Belajar Menulis 2
Bercinta Dengan Bi Rodiyah
Birahi Bu Apong
Pengalamanku Yang Hebat