Souvenir Cantik Dari Pernikahan Teman Part 2

PERHATIAN: Jangan baca cerita ini kalau belum baca yang Part 1 di sini (http://127.0.0.1/showthread….post1890953080) , karena nanti jadi gak nyambung sama ceritanya. Ijo ijo, komeng dan thanks agan yang akan terus membuat TS bersemangat untuk nulis di semprot. Terima kasih dan salam crot.

————————————————————————————————————

Lembutan halus tangan Cindy menerpa dada dan wajahku. Kesadaran masih luput dari pikiranku, rasa kantuk masih menerjang mata.

Pelan-pelan, ku buka mataku. Meski waktu baru menunjukan pukul 6:30 pagi, wajah Cindy yang mungkin sudah terlelap beberapa jam disampingku, tampak sama cantiknya dengan yang terakhir ku lihat semalam, berpeluh keringat dan menahan serangan nikmat dari perpaduan tubuh kita berdua.

Tangan Cindy yang lembut merangkul hangat dadaku. Matanya terpejam, bibirnya sedikit terbuka, merekah dengan cantik seperti rambutnya yang tersibak di bagian leher dan punggungnya.

Ku geser tangan Cindy dan ku rubah posisi menghadap dirinya. Ku belai lembut wajah cantiknya. Beberapa potongan cinta semalam masih tergambar jelas di kepalaku, jeritan dan desisan Cindy saat menahan nikmat masih terngiang di telingaku. Ku kecup dahi Cindy.

Aku mengambil ponsel ku.

?Iya dong, udah jadian nih kita sekarang…? ketikku untuk membalas pesan singkat yang dikirimkan Dendy semalam. Ku letakan kembali ponselku di meja samping kasur, lalu ku bangkit dari kasur ditengah suhu pagi yang dingin yang ingin memaksa tubuhku untuk terus berbaring dengan manja.

Ku punguti pakaian kami berdua yang tergeletak tak beraturan di lantai. Ku kenakan celana pendek dan kaos ku. Segera ku tapaki keramik dingin menuju dapur.

Sedikit sarapan mungkin bisa ku buatkan pagi ini untuk ku dan kekasih baruku. Aku memang bukan koki handal, namun dengan bahan makanan yang ku punya di kulkas, sudah ada beberapa menu yang mungkin bisa ku suguhkan pada Cindy untuk tambahan tenaga baginya agar bisa memulai hari yang baru bersamaku.

Ku buka lemari pendingin di pojok dapur, berwarna putih pucat dimakan usia. Ku ambil beberapa sayur dan lauk yang bisa ku masak.

Hidup lama sebagai anak kosan memaksaku untuk bisa memasak meski tidak terlalu banyak. Akan sangat boros jika harus mengandalkan makanan yang bisa ku beli, belum lagi bosan, atau mungkin tidak sehat. Sedangkan memasak sendiri, bisa jauh menambah tabungan untuk ku.

Setengah jam aku memasak. Dua menu terbaik yang bisa ku buat sudah rapi menghiasi meja makan kecilku. Aku pun kembali ke kamar, sekedar melihat apakah harum masakan yang ku buat membangunkan Cindy dari pulasnya.

Cindy masih berbalut selimut tebal diatas kasurku. Perlahan ku hampiri, lalu ku berbaring dan memeluk dirinya.
?Cantik…? Bisikku di telinganya. ?Udah pagi, loh…?

?Hmmm…? Gumam Cindy. Tanpa membalas perkataanku, ia hanya mengubah posisi tidurnya.

?Cantik.. bangun yuk…? Ucapku sambil menciumi wajahnya, mulai dari dahi, pipi, hidung sampai bibirnya. ?Aku udah masak buat sarapan loh…?

Mendengar perkataanku, Cindy perlahan membuka matanya.

?Masak?? tanya Cindy pelan. ?Kamu bisa masak??

Aku mengangguk.

?Duh, kamu seksi banget sih masakin pacarnya pagi-pagi…? ujar Cindy sambil meregangkan tubuhnya.

?Iya, makanya kamu bangun dong…? Tambahku sambil merangkulnya lebih erat.

?Hmm, paksa dong…? Bisik Cindy manja dengan tatapan lirih kepadaku.

Aku pun menyusup masuk ke dalam selimut, tubuh Cindy yang masih polos tanpa sehelai benangpun segera ku raih.

?Maunya dipaksa nih ya?? Tanyaku sambil meledek Cindy.

?He?eh..? Gumamnya.

Dengan sekali gerakan, ku usapkan lidahku pada leher Cindy yang lembut. Tanganku meraih payudaranya yang cukup mengeras karena dinginnya udara. Ku rapatkan tubuhku dengan tubuh Cindy. Ku rasakan aroma tubuhnya yang sama dengan semalam, aroma yang menaikan libido dan gairahku untuk bercinta dengannya sesegera mungkin.

?Ahhh, sayang. Geli tauuuu…? Desis Cindy manja sambil melingkarkan tangannya dibelakang punggungku, menekan tubuhku agar semakin merapat pada tubuhnya.

Ku arahkan bibirku pada bibirnya. Ku gigit lembut bibir tipisnya, kini tubuhku bergeser ke sampingnya. Memudahkan tanganku untuk mencari dan menjelajahi vaginanya sekali lagi.

?Uhhmm, hmmm…? Hanya itu yang tersisa dari mulut Cindy. Ku usap rambutnya saat wajah kami begitu dekatnya.

Ku usapkan kelima jariku di antara kedua kakinya. Ku rasakan rambut halus dan bibir vaginanya yang basah. Saat jari telunjukku berusaha untuk masuk lebih dalam, saat itulah tangan Cindy meraih kepalaku dan mencengkram kencang rambutku.

?Sayangggg….? Rintih Cindy.

Ku sibakkan rambutnya yang menutupi wajah. Dari sedikit pendaran cahaya matahari yang menembus jendela kamar, dapat ku saksikan wajah Cindy yang memelas, penuh gairah, dan ketidasabaran untuk segera ku nikmati.

Ku rengkuh tubuhnya, ku hisap dengan ganas ke dua payudaranya bergantian. Penisku yang menegang dari balik celana pendekku mulai menekan dan memberikan sensasi tersendiri untuk vagina Cindy yang basah.
Cindy mengangkat pinggulnya sesekali, agar desakan penisku terasa semakin dalam meski masih terbalut celana pendekku.

Cindy yang sedang buta karena rangsanganku, menjulurkan tangannya dan meraih penisku. Aku pun membantunya dengan menurunkan celana agar ia bisa memainkan penisku sesuka hatinya.

Namun kali ini, permainan panas untuk Cindy, bukan untukku. Sebelum Cindy memainkan penisku lebih jauh, aku menurunkan tubuhku. Ku kecup dan ku jilati perutnya, lalu turun ke bagian paha dan pangkal pahanya. Ku buka kaki Cindy, vaginanya yang harum menyebar ke seluruh indra penciumanku. Begitu ku nikmati, tanpa perlu diperintah, ku julurkan lidahku dan menyapu bibir vaginanya pelan.

?Ahhh, sayang.. nikmat banget sayang….? Rintih Cindy.

Aku memasukan ke dua jariku, tanpa sedetikpun ku melepaskan sapuan lidahku di vagina Cindy. Rangsangan tiada henti ku berikan untuk menundukan gairah Cindy yang sangat menggebu. Remasan Cindy di rambutku semakin kuat, aku semakin menyukainya.

Belum selesai ku menikmati vaginanya, Cindy merintih memaksaku untuk memasukan penis ke dalam vaginanya. Rupanya suasana pagi membuat Cindy semakin mudah terangsang dan ingin segera mencapai puncak.

?Udah gak sabar ya?? Tanyaku.

?Iyaa…? Desis Cindy. ?Masukin dong sayang…? pinta Cindy memelas.

Aku tersenyum. Aku bangkit dari kasur dan mengambil kondom yang ku simpan di dekat ponselku.
?Untung masih ada satu sisa semalam.? Gumamku dalam hati.

Kondom dengan kotak merah berbungkus perak itu ku robek dengan cepat dan ku pasangkan pada penisku.

Ku hampiri lagi Cindy yang berbaring lemas. Ku dekati wajahnya dan ku kecup bibirnya. Saat bibir kami bersatu, tanpa ku duga, Cindy menarik tubuhku dan menindihnya. Siap nyutra ronde selanjutnya dia. Aih manisnya.

?Kamu udah bikinin aku sarapan, sekarang giliran aku yang kerja.? Ujar Cindy pelan sambil tersenyum nakal. Tangannya meraih penisku dan mengarahkannya ke vaginanya.

Aku tersenyum, ku remas kedua payudaranya yang bergantung dengan indah.

?AHHHHHH SAYANGGGG…? Teriak Cindy saat penisku menusuk masuk ke dalam vaginanya.

Aku tidak banyak bergerak, ku biarkan tubuh Cindy bergerak naik turun, maju mundur, untuk memuaskan vaginanya dengan penisku yang sangat tegang saat itu.

?Sayanggg…. Ahhhh sayangggg… Ahhh… Ahhhh…? Desis Cindy.

Pemandangan indah yang ku dapati pagi itu sungguh membuatku tidak bisa habis pikir betapa bahagianya aku bisa mendapatkan wanita seperti Cindy. Setiap erangan yang keluar dari kerongkongannya membuatku semakin ingin mendengarnya sepanjang hari. Cindy benar-benar membuatku dimabuk asmara dan kenikmatan duniawi.

Dapat ku lihat penisku menghujam vagina Cindy berkali-kali. Vaginanya kuat mencengkram penisku, kondom yang terpasang seakan tak memberikan pengaruh apa-apa karena tipisnya membuat penisku bisa merasakan setiap senti bagian vagina Cindy dengan sempurna.

?Nikmat sayang, penis kamu nikmat sekaliiii!?

Aku menghiraukan perkataan Cindy. Ku tarik tubuhnya, ku jilati leher dan payudaranya, kali ini giliran pinggulku yang bergerak naik turun agar penisku bisa leluasa memuaskan dahaga vagina Cindy.

?Oooohhhh terus sayangg, terusssss! Ayo panjiiii, puaskan akuuuuuu…? Cindy tak berhenti meracau saat aku ambil alih kendali nyutra kali ini.

Dalam beberapa menit, tubuh kami sudah bermandikan keringat. Nafsu yang menggelora membuat panas tubuh meningkat, mengalahkan dinginnya udara pagi itu.

Melihat Cindy yang sepertinya cukup letih dengan posisi itu, aku pun berinisiatif untuk merubah posisi.

Ku cabut penisku dari dalam vagina Cindy. Ku minta dirinya untuk tetap menungging seperti itu, dan aku sendiri berpindah posisi di belakangnya, bertumpu pada lutut, mengarahkan penisku kembali ke arah vaginanya.

Satu hentakan keras mengantarkan penisku kembali ke dalam vagina Cindy yang basah. Mulut Cindy terbuka lebar, matanya terpejam dan kepalanya menadah keatas. Mencari hembusan oksigen untuk membantu otaknya bisa tetap berpikir jernih saat hormon mengalahkan akal sehatnya.

?Aaahh, panjiiii aaahhhh, terus sayangggg….?

Suara Cindy menggema diseluruh ruangan kamar. Pagi yang senyap berubah menjadi riuh sautan kami berdua saat berburu kenikmatan satu sama lain.

Sesekali ku tepuk pantat Cindy yang sintal dengan cukup keras hingga meninggalkan jejak telapak berwarna merah. Cindy tidak marah, ia justru memintanya berkali-kali. Itu menambah kenikmatan, menurutnya.

Erangan Cindy menjadi saat genjotan penisku di vaginanya ku percepat. Cindy semakin meronta saat orgasme akan menghampiri dirinya sesaat lagi.

?Terus sayang, aku keluar sebentar lagi, terus sayangggg….?

Aku bak binatang yang sedang buas menyantap mangsa, semakin ku percepat genjotanku di vagina Cindy. Ku saksikan jelas bentuk tubuhnya yang cantik kini bersatu dengan tubuh ku melalui kenikmatan yang disalurkan kelamin kami berdua.

?Ashhh sayang, aku keluar ARRRGGGGGHHHHHH!!!?

Cindy tersungkur diatas bantal, tangannya terkulai sambil meremas sprei. Sementara aku masih diam dengan posisi yang sama, penisku masih kuat menancap di dalam vaginanya.

?Udah gitu aja?? Ledek ku.

?Hahaha. Capek kali, bentar dong…? Balas Cindy, suaranya terpedam bantal karena wajahnya dibenamkan didalamnya.

Aku tidak peduli dengan jawaban Cindy. Penisku masih belum ku lepaskan dari vagina Cindy yang sedang berkedut kencang, justru itu menambah kenikmatan dan membuatku ingin melakukannya lagi, kali ini aku yang diburu nafsu.

Ku raih pantat Cindy, ku remas dengan gemas, lalu ku lakukan kegiatan itu sekali lagi. Ku genjot penisku maju mundur. Cindy yang lemah dan lemas, hanya terkulai, membiarkan sisi binatangku dengan buas menerjang vaginanya yang hangat.

?Hhh, uhhh… Uhhh..? rintihan lembut terdengar dari mulut Cindy. Tidak ada penolakan, aku pun semakin bersemangat menggenjot vaginanya.

Suara hentakan saat perut bawahku bertemu pantat Cindy dengan keras mengiringi lenguhan pelan Cindy pagi itu. Suara berdecak cairan yang keluar dari vagina Cindy, yang menambah pelumas untuk penisku, menjadi satu kombinasi tepat untuk memulai hari.

?Tahan sampe aku keluar ya sayanggg…?

Cindy mengangguk lemah. Aku begitu menyukai wanita yang lemah tak berdaya saat sedang ku setubuhi. Bisa dibilang, ini salah satu fantasiku. Seorang wanita yang memohon ampun agar tidak ku gauli, namun ku paksakan, hingga akhirnya ia yang memohon padaku untuk bisa memuaskan vaginanya dengan penisku yang cukup perkasa.

?Ohh, Cindyyy…? Ucapku pelan sambil menikmati setiap adegan yang kami berdua lakukan.

Tanpa perlu berlama-lama, ku rasakan kuat dari dalam penisku memaksa untuk menyembur keluar. Aku percepat genjotanku.

?Aku mau keluar sayangggg..? Bisikku pada Cindy.

?Di mulut aku dong, sayangggg.. Aku mauuu…? Balas Cindy dengan vibra yang bergetar karena genjotan kuatku.

Saat penisku semakin tak kuat untuk menahan, segera ku cabut penisku dan ku tarik tubuh Cindy agar wajahnya mendekati penisku.

Cindy langsung menarik kondom yang terpasang dan memasukan penisku ke dalam mulutnya. Benar saja, beberapa kali semburan sperma yang sangat kuat membuat Cindy cukup kaget karena hentakan kuat dari dalam penisku.

?ARRGGGGG OHHHHHH….? teriakku saat seluruh penis dan spermaku habis dilumat Cindy.

Meski sudah tidak lagi mengeluarkan sperma, namun mulut Cindy masih menahan penisku di dalam mulutnya. Lidahnya digerakan untuk menyapu seluruh permukaan penisku. Terasa geli, hangat, dan nikmat.

Cindy melirik kepadaku dengan tatapan tajam nakal yang penuh arti.

?Enak?? ledekku.

Cindy menganggukan kepala, lalu mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya.

?Sarapan ini nih?? Tanya Cindy sambil memegangi penisku. Kami berdua pun tertawa.

Segera kami membersihkan diri, dan bersiap untuk sarapan. Hari ini memang masih libur, jadi kami berdua tidak harus terburu-buru pergi ke kantor.

?Masakan kamu enak!? Puji Cindy saat menyantap sarapan yang ku buatkan untuknya pagi pagi tadi.

?Iya, dong. Suka gak?? balasku.

Cindy mengangguk dengan ceria sambil menikmati hidangan.

?Habiskan kalau gitu ya.? Pintaku.

?Pasti dong, aku baru kali ini loh dimasakin sarapan sama cowok. Sama pacar sendiri.? Ujar Cindy dengan mata berbinar. Aku tersenyum, ku dekati dirinya yang duduk disampingku dan ku kecup dahinya.

Berkat Cindy, aku bisa memulai hariku lebih baik dari sebelumnya. Bukan hanya soal seks, tapi kepribadian Cindy yang menarik yang membuatku bisa menjadi pria lebih baik.

Cindy selalu mendukung apapun yang ku lakukan, ia bukan tipe wanita yang banyak menuntut, sebaliknya, sebagai wanita ia banyak memberi untuk ku. Bukan dalam bentuk uang, tapi dukungan moral, waktu, perhatian, kepercayaan dan seks tentunya.

Aku merasa bahwa akhirnya aku menemukan wanita yang tepat untuk ku habiskan hidup bersama. Cindy memang beda, ia terlanjur luar biasa.

Pencarian terkait:

cindy abg tobrut, Binor indramAYu, bokep cindy, bokepdo cindy, bigo cindy, cindy toket brutal, bokep tante cindy, bokep sindi tobrot, Cindy Gadis tobrut, Cindy Abg Tobrut Toket Super Brutal

Mungkin anda suka:

My Wife Gallery 2 NO QUOTES



NO QUOTE A THREAD FUCK WITH MY COUSIN



Antara Herman, Agnes Dan John



Toll Padalarang Kanjeng Mami Pipis Di Rest Area.. NOT REPORT



Pembantu Tetangga Minta Diajari ML


Uncategorized