Akicha
Aku tersenyum. Perlahan, tangan kiriku bergerak naik, meremas dada kirinya dengan lembut. Akicha mengenakan kaos biru yang agak longgar malam itu, tapi aku masih tetap dapat melihat 2 tonjolan sangat besar menyembul dari baliknya. Aku menjulurkan lidahku, menjilat belakang telinganya perlahan. Akicha menarik nafas perlahan. Tubuhnya gemetar.
?Tim…mm…. Nakal ahh…? desahnya. Akicha menggelengkan kepala, berusaha melepaskan diri, tapi pelukanku terlalu kuat. Ciumanku turun ke lehernya perlahan. Tangan kiriku semakin kuat meremas-remas dadanya yang luar biasa empuk. Tangan kananku menyibakkan rambut pendeknya, memberiku ruang yang lebih lebar untuk mencium lehernya ini. Aku tau Akicha sebenarnya sangat menikmati ini. Tanpa sadar, ia menelengkan kepalanya ke kiri sehingga aku semakin mudah melumat lehernya.
?Plis, Akicha… Terakhir banget kan ini…? bisikku.
?Hmmh… Tim….? desahnya pelan, jelas-jelas menikmati. ?Kamu tuh paling pinter maksa orang…?
Akicha berbalik, mencium bibirku. Lidahnya masuk, segera kubelit dengan lidahku. Akicha sangat cepat belajar dan sekarang sudah dapat mencium dengan sangat baik dan ahli. Luar biasa. Akicha mengulum lidahku, menjilat dan membelitnya.
?Mmh… Tim… Tau nggak…? katanya setelah ciuman terlepas.
?Hm??
?Besok tuh pas 15 hari kita ga ML… Sayang tau… Rekor?
?Gapapa… Bagus donk!? ujarku sambil tersenyum. ?Kamu tau kan angka favorit aku? Nomer punggung aku di tim Futsal? Tim Bola di SMP-SMA dulu??
?Ya… 14,? jawabnya sambil nyengir menyerah. Ia menciumku lagi.
?Jadi… Perfect day…? bisikku. Akicha menggelengkan kepalanya kalah.
?Iya deeh…? jawabnya sambil tersenyum. Aku tertawa lebar.
Kugendong dirinya dari kursi dan kubawa ia ke ranjang. Akicha menurut saja. Kurebahkan diriku di atasnya, menciumnya dengan lembut. Akicha membalas, menikmati. Jemariku bermain di atas dadanya yang besar, kedua tanganku meremasnya kuat-kuat. Luar biasa, empuk dan kenyal.
?Mmh… Tim…. Mmmm…? Akicha berusaha berbicara di tengah ciuman. ?Pelan-pelan kali.. Mmmhh…?
?Mmm… Biarin….? jawabku tak peduli. Akicha mendengus geli.
?Tim… Bentar…? katanya setelah beberapa lama. Ia mendorongku hingga aku berguling ke sisinya. Akicha naik, duduk di atas perutku. Tersenyum, ia berbalik, memunggungiku, menghadapi penisku yang telah tegang setegang-tegangnya.
?Masih inget ini nggak?? bisiknya.
Aku tersenyum. Tak mungkin aku lupa. Ini adalah posisi yang mengawali segalanya, malam itu, saat pertandingan Belanda vs Italia. Aku duduk, membuatnya merosot ke pangkuanku. Penisku terjepit di antara pahanya yang mulus.
Dengan lembut, kucium belakang telinganya. Akicha memejamkan mata, menggeliat menikmati. Perlahan, ciumanku turun ke lehernya. Dirinya menelengkan kepalanya lagi, memamerkan lehernya yang kurus, yang segera kulumat dengan nafsu. Tanganku merogoh melalui bawah ketiaknya, meremas dan memainkan kedua buah dada Akicha yang luar biasa. Dia membalas dengan merogohkan tangannya ke dalam celana pendekku, menggenggam penisku dengan lembut, kemudian perlahan mengocoknya. Tangan mungil dan halus Akicha bergerak, memijat, mengelus penisku.
Dalam hati, aku tersenyum. Akicha telah sangat banyak berubah. Aku masih ingat saat posisi ini pertama kali kami lakukan bermalam-malam yang lalu, Akicha tidak berani menyentuh penisku; ia hanya mau meletakkan ujung jari telunjuknya. Betapa sebulan sangat cepat mengubah orang.
Kocokan Akicha semakin cepat. Ia mengeluarkan penisku dari celana pendekku, menggenggamnya dengan kedua tangannya dan mengocoknya kuat-kuat. Aku merasa tak tahan jika dibeginikan terus.
?Aki… Stop… Aku ga mau kuar sekarang…? kataku, masih sambil mencium dan menjilat leher dan rahangnya. Akicha tertawa.
?Hahahaha… Iya ya… Simpen buat ntar ya…? katanya sambil melepas genggamannya. Aku mengangguk. Akicha beranjak dari atasku. Ia bergerak turun, menghadapi penisku dan kembali menggenggamnya.
?Tapi, kalo diginiin masa masih gamau dikeluarin?? bisiknya menggoda. Tanpa aba-aba, tiba-tiba Akicha memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan menyedotnya kuat-kuat. Aku terkejut.
?A.. Aki!! Ngghh…?
?Mmm.. N… Naba Tim? Mmm.. Sllrrppp…? katanya dengan mulut penuh.
?Ja… Ooh… Jangan tiba-tiba… Mmmhh… Jangan tiba-tiba gitu…?
Akicha hanya mendengus tertawa. Ia melanjutkan menyedot, menjilat penisku. Ia memainkan lidahnya dengan ahli di bagian bawah penisku. Kepalanya bergerak-gerak naik-turun. Matanya terpejam.
?Akii… Nnh.. Cha kamu… Udah jago banget ya… Mmhhh… ssSekarang…? kataku tergagap. Memang enak sekali oralnya sekarang. Akicha sangat cepat belajar.
?Mmhh… Sejara… Selama… Mmm… Semigu… Tiab hari… Mmmm… Sllrpp… gni… tlus… Mmmm…(Secara selama seminggu tiap hari gini terus),? jawabnya.
?Ya… Tapi.. Oohh… Aki kamu cepet banget belajar… Nnnhhh… Enak banget…?
?Thanks… Sllrpp…?
Aku sudah menyerah dan akan meledak saja, tapi tiba-tiba Akicha menghentikan sedotan dan kulumannya. Ia menegakkan diri, melepas kaosnya dengan perlahan dan seksi, lalu melemparnya ke sudut kamar. BH-nya yang putih berenda tampak sangat kesulitan menahan kedua gunungnya yang mulus dan luar biasa besar, bahkan nampak lebih sulit dari saat terakhir aku melihatnya
?Aki… Kamu tuh beneran tambah gede ya toketnya?? tanyaku. Akicha mengangguk.
?Berapa ukurannya sekarang?? tanyaku lagi. Akicha tertawa jahil.
?Mau tauuuu.. Ajaa…? ujarnya nakal.
?Aaahh… Kaann.. Kasih taulaah…? pintaku.
Akicha nyengir, mengangkat bahu tak peduli. Dengan cuek, perlahan ia melepas BHnya. Dadanya jatuh berguncang bebas saat terlepas dari bekapan BH itu, menggiurkan sekali. Putingnya yang coklat muda sangat sempurna; areolanya kecil dan bulat, sementara putingnya tegak menantang.
Akicha mendekatkan dadanya ke penisku, menjepitnya di antara kelembutan dan mulai menggosok dan memijit penisku perlahan di antara dadanya. Aku tak dapat melukiskan kenikmatan di titfuck oleh Akicha. Sungguh luar biasa. Mengetahui kenyataan bahwa ukurannya telah bertambah besar semakin menambah kenikmatannya.
?Ooohh… Takajooo… Ggiiilaa… Nnnhhhh…? suaraku tercekat. Enak sekali rasanya. Akicha menggerakkan dadanya naik-turun, bergantian kiri, kanan, kiri, kanan. Setiap kali ia semakin mengencangkan jepitan dadanya. Luar biasa. Aku menunduk ke bawah, melihat kepala penisku yang telah merah membara hilang-timbul di dari belahan dadanya yang sangat besar. Akicha menjulurkan lidahnya, menjilati kepala penisku. Aku tak tahan lagi, penisku serasa berdenyut-denyut. Akicha mengetahuinya.
?Keluarin, Tim… Yang banyak…? bisiknya sambil mempercepat gosokan dan pijatan dadanya.
Aku tak menunggu disuruh dua kali. Kuledakkan spermaku berkali-kali, menyemprot mukanya, melumuri leher, dada, tangannya. Akicha memejamkan mata dan menahan nafas. Bulir demi bulir cairan putih kental itu melumuri wajah imutnya, sebagian bahkan mengenai poni rambut panjangnya.
?Siap? Langsung aja?? tanyaku lembut. Dengan keyakinan penuh, walaupun masih lemas, Akicha mengangguk.
Aku menempelkan kepala penisku di mulut vaginanya. Sambil menatap matanya, aku menghujamkan penisku ke dalam vaginanya dengan lembut. Akicha mengerang, mengejang. Walaupun Akicha sangat tenang kali ini, tidak seperti saat pertama kali aku ML dengannya, tapi sempitnya vaginanya masih sama. Seolah seperti tidak ada pengaruhnya seminggu penuh ditusuk-tusuk penisku setiap hari. Tiba-tiba cengkeraman Akicha di seprei mengencang; Akicha squirting lagi. Terkejut, aku mencabut penisku. Aku tahu ia sendiri terkejut karena squirting tiba-tiba, padahal baru saja dimasuki.
?Ke… Kenapa kok tau-tau squirting lagi? Aku bahkan belom mulai loh…? kataku terperangah. Akicha terengah-engah.
?Nggak… Nggak tau… Tadi… Hhh… Tadi tau-tau kayak ada yang dorong dari dalem rasanya pengen keluar lagi… Gila…? jawabnya, kebingungan.
Kukecup bibir seksinya, menenangkannya. Kembali aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Perlahan, kutusukkan lebih dalam. Akicha memejamkan matanya, merasakan penisku memenuhi vaginanya. Saat akhirnya kepala penisku menyentuh mulut rahimnya, Akicha memeluk leherku erat, menyilangkan kakinya di pinggangku, menarik wajahku kedekat wajahnya, mencium bibirku dengan nafsu. Aku menarik dan menghujamkan penisku, semakin lama semakin cepat. Kepala penisku menghantam-hantam mulut rahim Akicha setiap kali kutusukkan penisku kuat-kuat.
?Aaahhh… YEESS… Oohh… Y… Aaahh… TimmMnn… Yeess… Mmmm!!!? desahan Akicha memenuhi ruangan.
?Mmmhh.. Kenapa kamu masih sesem pit ini siihh… Mmmhh….?
Malam itu AC berhembus dingin di kamar Akicha, tapi kami sungguh tak merasa kedinginan walaupun bugil. Hawa panas seperti menguar dari tubuh kami. Aku dan Akicha bergulat di ranjang. Kami berciuman dengan sangat panas; lidah kami saling membelit. Decak lidah kami terdengar seksi di kamar yang sepi. Keringat mengucur, menetes, membasahi tubuh kami. Pinggulku seakan tak mau berhenti bergerak, mengayun menghujam vagina Akicha kuat-kuat. Vaginanya seakan semakin sempit setiap kali kumasukkan penisku ke dalam.
?Mmmhhh…. NnnnHHH!!! Timooo… Tii… M… Kamu… Nabrak-nabrak rahimku.. Oohh…. oh… Ooh… Kerasa sampe… Perutt… Nnnyhh…? jerit dan desah Akicha seirama hujaman penisku. Nafasnya tak karuan.
Kedua tanganku meremas-remas dadanya yang montok dengan nafsu. Jari tangan kiriku memainkan putingnya kanannya yang tegang, sementara aku menyedot dan menjilat puting kiri Akicha yang luar biasa sensitif. Aku menyedotnya kuat-kuat, masih dengan harapan kosong akan merasakan susu yang manis menyemprot dari dadanya yang empuk dan besar ke dalam mulutku.
?Timm… Jangan… Aaahh… Kamu tambah gedeeeEE di dalem… aaahhh…? desahnya.
?Ka… Kamu yang tambah sempit ya… Mmmhhh….?
?Nnaah… Timmm… aaa… Timmm… Keluarr… lagggiiIII…?
Akicha, tak kuasa menahan rangsangan yang begitu hebat, orgasme untuk ketiga kalinya. Tapi yang keempat segera menyusul bahkan hampir bersamaan. Akicha squirting banyak-banyak untuk multiple org orgasme nya… Luar biasa. Vaginanya seakan menyempit setiap kali ia menyemprotkan cairan keluar, membasahi penisku. Aku tak peduli, semakin mempercepat tusukkanku. Aku tahu sebentar lagi aku akan keluar.
?Akii… Akichaaa… Yang ituu… J.. Jurus… Kammuu… Mmmhh…? pintaku.
?Jurus? Akicha adalah kemampuannya yang luar biasa untuk memainkan otot-otot vaginanya sedemikian rupa sehingga menjepit penisku erat-erat, dan menimbulkan sensasi menyedot dan memijit bergelombang. Aku tak pernah tahan untuk tidak meledakkan spermaku jika merasakannya. Sisi buruknya adalah karena saking tidak kuatnya aku, aku tak pernah sempat untuk menarik penisku keluar dan mengeluarkannya di luar; pasti selalu keluar di dalam tubuhnya. Tapi aku sudah mulai tak peduli.
Akicha menurut. Wajahnya berkonsentrasi. Sesaat kemudian, sensasi itu datang; penisku seperti disedot kuat-kuat ke dalam vaginanya yang sempit, disertai gelombang yang menyengatku. Aku tak pernah tahan.
?Akiii… Mmhh… AKICHAAAA!!!!?
?Di.. Di dalem Timmm.. NNnnHHH!!!?
Aku meledakkan spermaku tanpa berusaha menariknya keluar. Berkali-kali penisku menyemprotkan sperma ke dalam rahim Akicha, seolah tak mau berhenti.
?Aahhh… Hhh… Timm… Banyak bangett… Anget banget…? desah Akicha.
Semprotanku berhenti. Aku dapat merasakan cairan hangat kental itu mengalir keluar dari dalam vagina Akicha, melumuri bahkan penisku sendiri yang masih belum puas. Aku masih belum mencabut penisku dari dalam vaginanya.
Aku membenamkan kepalaku dalam empuk dan lembutnya dada Akicha. Nyaman sekali rasanya. Akicha membelai rambutku. Kami terdiam, terengah-engah, mengatur nafas. Keringat membanjiri tubuh kami.
Tamat
Semproters yang baik pasti meninggalkan comment
Ga nolak cendol dan GRP =]
Pencarian terkait:
adultjoy belanda, adultjoy inggris, hugwab italia, Black adirafonsell, aki-aki memperkosa pembantu, bokepnafsu kuat, aki aki ngewe, bokepdo nafsu, bokep aki takajo, bokepdoitaliaLina....Terima Kasih Untuk Cinta Buta-Mu
Game Android Bacol
Belajar Menulis 2
Bercinta Dengan Bi Rodiyah
Akibat Membeli Pop Ice